Table of Contents
Totalsports.id – Tinju merupakan salah satu olahraga dan juga seni bela diri paling klasik di dunia. Dikenal dengan kombinasi antara kekuatan, kecepatan dan juga strategi, sejarah tinju telah menjadi bagian dari budaya dan sejarah manusia sejak zaman kuno.
Olahraga ini menampilkan dua petinju dengan berat yang hampir sama saling berhadapan dalam serangkaian pertandingan yang terdiri dari ronde berdurasi satu atau tiga menit.
Baik di ajang Olimpiade maupun dalam kompetisi profesional, kedua petinju berusaha menghindari pukulan dari lawan mereka sambil mencoba untuk mendaratkan pukulan ke arah lawan.
Perjalanan tinju dari zaman kuno hingga menjadi olahraga profesional modern sarat akan sejarah, perubahan dan evolusi.
Sejarah Tinju Zaman Kuno
Mesir dan Mesopotamia
Tinju pertama kali muncul di Mesir kuno sekitar tahun 3000 SM. Gambar dan relief di makam-makam menunjukkan adegan-adegan petinju yang sedang bertarung. Di Mesopotamia, ada bukti bahwa sejarah tinju juga dipraktikkan pada periode yang sama.
Yunani Kuno
Tinju menjadi populer di Yunani kuno dan menjadi bagian dari Olimpiade pada tahun 688 SM. Pada masa itu, petinju menggunakan himantes, yaitu tali kulit yang melilit tangan mereka untuk melindungi dari cedera. Pertarungan berlangsung hingga salah satu petinju tidak mampu melanjutkan atau menyerah.
Romawi Kuno
Di Romawi, tinju menjadi lebih brutal. Para petinju menggunakan cestus, sarung tangan yang dipasangi logam, untuk meningkatkan daya pukul. Pertarungan sering kali berujung pada cedera serius atau bahkan kematian. Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi, popularitas tinju menurun di Eropa.
Sejarah Tinju Abad Pertengahan dan Renaisans
Pada abad pertengahan, tinju hampir menghilang dari Eropa. Namun, pada abad ke-16 dan ke-17, tinju mulai bangkit kembali di Inggris. Pertarungan sering kali berlangsung tanpa aturan yang jelas, dan dikenal sebagai “bare-knuckle boxing” (tinju tanpa sarung tangan).
Bare-Knuckle Boxing
Pada abad ke-18, sejarah tinju tanpa sarung tangan menjadi populer di Inggris. Pertarungan biasanya berlangsung di tempat terbuka dan tanpa aturan waktu yang ketat. James Figg dianggap sebagai juara tinju pertama dan mendirikan sekolah tinju di London pada awal 1700-an.
Broughton Rules
Pada tahun 1743, Jack Broughton, seorang petinju terkenal, memperkenalkan aturan yang dikenal sebagai “Aturan Broughton”. Aturan ini menetapkan bahwa pertarungan harus dihentikan jika salah satu petinju terjatuh dan tidak mampu melanjutkan setelah hitungan delapan. Aturan ini adalah upaya awal untuk membuat tinju lebih aman.
Queensberry Rules
Pada tahun 1867, aturan “Marquess of Queensberry” diperkenalkan oleh John Graham Chambers dan dipromosikan oleh Marquess of Queensberry. Aturan ini termasuk penggunaan sarung tangan tinju, ronde tiga menit dengan satu menit istirahat dan larangan memukul lawan yang jatuh. Aturan ini menjadi dasar bagi tinju modern.
Abad ke-20
Pada awal abad ke-20, tinju mulai diakui sebagai olahraga profesional. Badan-badan pengatur seperti British Boxing Board of Control (BBBofC) dan National Boxing Association (yang kemudian menjadi World Boxing Association atau WBA) didirikan untuk mengatur dan mengawasi pertandingan tinju.
Tahun 1920-an hingga 1950-an dikenal sebagai “Era Emas Tinju”. Petinju legendaris seperti Jack Dempsey, Joe Louis dan Sugar Ray Robinson mendominasi ring dan menarik perhatian jutaan penggemar. Tinju menjadi sangat populer di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya.
Sejarah Tinju di Abad ke-21
Sejarah tinju terus berkembang secara global dengan banyak negara menghasilkan juara dunia. Organisasi seperti World Boxing Council (WBC), International Boxing Federation (IBF) dan World Boxing Organization (WBO) turut berperan dalam mengatur pertandingan dan menetapkan juara dunia.
Tinju wanita mengalami perkembangan pesat dalam beberapa dekade terakhir. Pertandingan tinju wanita pertama yang tercatat terjadi pada tahun 1722 di London, namun baru pada tahun 2012 di Olimpiade London, tinju wanita pertama kali dipertandingkan sebagai cabang resmi Olimpiade. Petinju wanita seperti Laila Ali, Claressa Shields dan Katie Taylor telah menjadi ikon dalam olahraga ini.
Baca Juga:
Ketahui 5 Olahraga Seni Bela Diri Paling Mematikan dan Berbahaya di Dunia